Minggu, 28 September 2008

BERITA GEMBIRA, UNTUK PRAKTISI HUKUM DAN PROFESI HAKIM

MOHON SEBARKAN BERITA INI DENGAN SEKSAMA (Sumber, Harian Kompas, Sabtu 27 September 2008, pendapat dan penilaian pribadi penulis)
Kabar Gembira untuk seluruh praktisi hukum, terutama hakim yang telah memasuki usia senja...terutama mereka yang berkiprah di Mahkamah Agung....
Kabar Gembira ini berlaku untuk seluruh individu yang kompeten, baik yang sedang berkiprah, maupun pensiunan yang mencari peluang kerja baru....Usia HAKIM AGUNG akan diperpanjang menjadi 70 Tahun....
Mohon sebarkan kabar gembira ini KE SELURUH JAGAD RAYA, terutama bagi WNI, bagi WNA, terpaksa mengurus WNI-nya dulu....(terutama dari Amerika, yang HAKIM AGUNG SEUMUR HIDUP)
Untuk keterangan lebih lanjut...tentang persyaratan (baik kompetensi maupun materi yang harus Anda miliki) dapat menghubungi beberapa tempat yang dicantumkan dalam berita Kompas 27 September 2008
1. Fraksi Partai Golkar di DPR RI
2. Fraksi Partai Demokrat di DPR RI
3. Fraksi Partai Amanat Nasional di DPR RI
 kalau bingung bisa langsung ke
1. DPP GOLKAR di Anggrek Nelly Murni, Jakarta Barat
2. DPP Partai Demokrat, di Jalan Pemuda, Jakarta Timur
3. DPP PAN, di Mampang, Jakarta Selatan
ATAU
Anda DAPAT MENGHUBUNGI SBY, pihak yang kabarnya mengusulkan usia Hakim Agung menjadi 70 Tahun, bisa di Cikeas, boleh di Istana...atau JK...tandem SBY, bisa di Istana Wakil Presiden
INGAT...DI USIA ANDA YANG UDZUR...DAN ANDA YAKIN MEMILIKI KOMPETENSI...PASTIKAN DIRI ANDA DAPAT BERKIPRAH DI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA....
SELAMAT BERJUANG (NB...seingat saya Anda tidak perlu mengurus kartu kuning pencari kerja...tapi coba cek langsung aja sendiri..ya...) GOOD LUCK!!!!!!!!!!!!

Rabu, 17 September 2008

TRAGEDI PEMBAGIAN ZAKAT DI PASURUAN ; SBY TIDAK BERSIMPATI?

Sebelumnya, izinkan kami bersimpati, kepada seluruh keluarga korban, baik yang tewas maupun luka-luka pada pembagian zakat di kediaman H. Syaikhon, Pasuruan..

Suka atau tidak suka, ini merupakan bagian yang harus kita terima, sebagai bangsa, kita harus mengakui, kemiskinan adalah bagian yang melekat bagi bangsa kita...Entah SBY mau mengakui atau tidak, itu urusan dia

Kejadian itu, 15 September 2008, menurut perkiraan saya, berlangsung siang hingga sore (mulai jatuhnya korban)..Menariknya, di tengah kemudahan arus informasi, SBY, pada saat buka puasa, belum menanggapi  hal tersebut (itu yang saya baca dari beberapa koran...) Sepertinya SBY tidak gaptek, tapi mungkin dibuat gaptek oleh orang-orang sekelilingnya...

Berikut Cuplikan Reportase Kegiatan Buka Bersama SBY dari beberapa media massa cetak . Pemilihan cetak, semata-mata rentang waktu cetak ke kegiatan SBY cukup jauh, apalagi dengan saat tragedi terjadi. Apabila naik cetak koran jam 01.00, tanggal 16, maka, rentang waktu dengan awal jatuhnya korban, antara 10 - 12 jam minimal, dan jarak antara awal jatuh korban dengan buka puasa SBY, minimal (anggap kejadian jam 12.00 siang) 5 jam... Seluruh media cetak yang dicuplik, bertanggal 16 September 2008. Mengapa membahas Buka Puasa ini menarik, karena hal itu dilakukan oleh SBY bersama atau minimal melibatkan para pimpinan redaksi media massa... (untuk yang ini, Anda boleh tersenyum kecut, atau pusing, yang penting jangan bunuh diri, kalau pun ingin bunuh diri, biarlah SBY yang melakukannya...Amin)

1. Jurnal Nasional Halaman 1; "Presiden Ajak Masyarakat Berfikir Positif", Anda dapat melihat, dalam keseluruhan berita, tidak ada ucapan yang dikutip wartawan (Jurnal Nasional) dan mengarah bahwa Ia mengetahui tragedi  Zakat di Pasuruan. Kalau tidak salah (mohon dikoreksi bila saya salah) Koran ini milik Demokrat.(?)

2.  Media Indonesia, Halaman 2; "Presiden Gelar Silaturahim Ramadhan". Berita selayang pandang ini, tidak menceritakan apa-apa, kecuali kebenaran terjadi kegiatan Buka Puasa Bersama Presiden di Istana Negara.

3. Koran Jakarta, Halaman 2. "Buka Puasa" caption foto, berisikan foto SBY sedang menyampaikan sambutan, isinya sama, Ia mengajak kita berfikir positif, optimistis, dan berlomba melakukan kebaikan...

Sama sekali tidak ada berita sedikit pun tentang pengetahuan Presiden atas tragedi Pasuruan...

4. Kompas, Halaman 15 ; "Jangan Saling Salahkan, Presiden Ajak Rakyat Berlomba-lomba Berbuat Kebaikan" juga sama sekali tidak ada satu kalimat pun, yang menjadi berita, dan menunjukkan Presiden tahu insiden zakat Pasuruan...

Nah, mari kita lihat di dunia maya...

1. Berita pertama dari detik.com,

http://www.detiknews.com/read/2008/09/15/120532/1006302/10/buntut-bagi-uang-zakat-12-warga-tewas. ditayangkan via detik jam 12.05 siang

2. Berita ini kalau tidak salah yang ke 17 dari berita terkait pada hari yang sama..

http://www.detiknews.com/read/2008/09/15/171333/1006604/10/kapolri-datangi!-jangan-mengundang

Ini perkataan Kapolri, di Istana Negara, saat (akan) bertemu Presiden...jadi...kenapa Presiden diam...

3.  Berita tentang kegiatan buka puasa presiden RI, dengan para duta besar, pimpinan media massa; cetak & elektronik,  di Istana negara, http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2008/09/15/3476.html  

berita ditayangkan pada pukul 19.31 WIB

4.  Berita keempat, penyampaian rasa belasungkawa Presiden atas tragedi Pasuruan 

http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2008/09/16/3480.html

atau dengan kata lain, belasungkawa presiden, via media elektronik jauh lebih lambat dibandingkan reportase dari Media Cetak..Nah Lho...

Berikut beberapa asumsi...

1. Pada saat SBY buka puasa, boleh jadi informasi itu sudah sampai, karena sudah ada pertemuan Kapolri dengan Presiden...lain hal kalau Kapolri menyimpan info ini, maka, jelas ketidaksimpatian Presiden diakibatkan informasi yang "ditutup" oleh Kapolri dll

2. Secara ideal, istana Wi-Fi, gak mungkin dong kalah dengan Taman Monas, maka koneksi internet, adalah hal yang manusiawi...Maka info ini kalau sampai Presiden belum tahu....KETERLALUAN... Atau ia sudah tahu tapi tidak mau mengangkat simpati di Saat BUka Puasa, misal dengan mendoakan mereka yang wafat...Boleh jadi bagi Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, kehilangan 21 orang atau jiwa, dari 220 juta lebih rakyat Indonesia, bukanlah hal yang luar biasa.... (Tega ya...) Bagi presiden, kehilangan nyawa karena bencana alam yang tidak bisa diantisipasi oleh manusia (seperti Tsunami) dan kasus Pembagian Zakat di Pasuruan, mungkin dianggap sama. Pada bagian ini, yang menarik adalah (mudah-mudahan asumsi ini tidak ada) ...ya...semua orang akan meninggal juga tho...masalahnya cara dan waktu... bila ini pijakan berfikir...maka SELAMAT UNTUK KITA SEMUA...ternyata PRESIDEN KITA adalah PRIBADI YANG TANGGUH dan TIDAK PLIN-PLAN atau pun MERAGU untuk melihat RAKYAT-nya WAFAT...dengan apa pun cara dan penyebabnya....

3. Atau...Presiden kembali pada sikap dasarnya...peragu...Sesuatu yang sebenarnya gak masuk akal untuk dijadikan alasan, sebab kehilangan nyawa 21 orang ini, terkait erat dengan kemiskinan, sesuatu yang dibangga-banggakan oleh SBY-JK, dapat dikurangi pada masa pemerintahan sekarang...

4. Belasungkawa Presiden, jauh tertinggal dibandingkan media massa cetak,hal ini menunjukkan, PRESIDEN menganggap HAL INI SEPELE...bahkan, maaf, Ia menunjukkan PERNYATAAN BELASUNGKAWA boleh jadi bukan dari lubuk hati-nya, melainkan karena "TEKANAN BERITA dan IA JADI SERBA SALAH"

Entah...mana yang benar...tentu KEHILANGAN 21 NYAWA tidak Mudah, dan Bagi PRESIDEN adalah HAK DAN TANGGUNGJAWAB dia untuk  MENJELASKAN...

IDE AKHIRNYA SEDERHANA...mana bukti "pengurangan jumlah masyarakat miskin di Indonesia yang dapat dikatakan signifikan padahal terjadi kelesuan ekonomi GLOBAL"

Maka...SBY...kalau ANDA INGIN JAWAB...ANDA KEREN....kenapa KEREN...karena sudah "kepathil" baru Anda angkat bicara

Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun

Semoga siapa pun yang wafat, karena kemiskinan menjerat

dan upaya untuk berubah telah dikerjakan

niat dan laku baik telah dijalankan

semoga SURGA-NYA bersama ANDA sekalian


Bagi kerabat, ujian ini nyata, bagi masyarakat, realitas ini nyata

mari membangun diri kita...kebersamaan, meyakini adanya kebutuhan saling tolong menolong....Go TO HELL with PEMERINTAH dan PARA BAJINGAN yang berseragam...

Mari...hidup Anda...kita ditangan kita masing-masing...INgat...SIAPUN PRESIDENnya, ia tidakmemikirkan RAKYAT...Ia memikirkan NEGARA...karena IA DIGAJI OLEH NEGARA......masalah uang itu hasil PAJAK (yang juga berasal dari keringat kita)...tho ia juga pembayar pajak....

JADI PILIHAN DI TANGAN ANDA...Adalah KEBODOHAN yang MENGERIKAN, mengharapkan SBY, PEMERINTAH dan aparaturnya MENANGGULANGI KEMISKINAN...ingat..mereka manusia biasa seperti kita...dan Ia butuh UANG juga seperti KITA...

KALIMAT KUNCI :

PRESIDEN MEMIKIRKAN NEGARA, KARENA NEGARA YANG MENGGAJINYA... BUKAN KITA (jangan bicara ideal, karena ideal adalah utopia bagi kita saat ini)

Selasa, 16 September 2008

Ahmadiyyah (II) ; Keraguan SBY???

Nah, saat ini, mari kita coba menelusuri secara sederhana, atau meraba-raba, kenapa SBY tidak bersikap secara tegas...






1. TENTANG KEIMANAN AWAL MULA...
Ahmadiyyah sejak lama telah difatwakan oleh MUI bukan-lah Islam melainkan keyakinan lain yang mandiri. Ada pun persentuhan Ahmadiyyah dengan Islam, dalam konteks tertentu, secara pribadi saya menganggap sudah menjadi persinggungan budaya biasa, bukan lagi "pengimplementasian keimanan tertentu" melalui budaya lokal; sebagaimana yang pernah dikerjakan oleh Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Jawa. Secara individu, SBY memiliki "darah" ke-Islaman yang kental, terutama dari garis pendidikan ayahnya. Maka, kecil kemungkinan SBY tidak meyakini bahwa terdapat perbedaan mendasar antara Iman Islam dengan Iman Ahmadiyyah.... Lalu...tanya kenapa...?
a. Boleh jadi keengganan SBY semata-mata untuk menyimpan potensi dukungan bagi dirinya, untuk 2009...Mungkin Ahmadiyyah di Indonesia secara jumlah tidak signifikan, tapi secara kualitas penganut, boleh jadi mereka memiliki posisi penting (terutama dalam bidang ekonomi). Maka, keengganan bersikap tegas adalah hal yang boleh menjadi pilihan SBY.
b. Dukungan dari pihak "Islam Moderat" atau Islam Jalan Tengah, JIL dan PRO-Demokrasi yang (menurut saya) untuk hal ini sudah kebablasan. Maka, bagi SBY hal ini perlu ia ambil...Ingat, dari dulu Indonesia memiliki kuantitas muslim yang banyak, tapi bukan KUALITAS, dan SBY harus memanfaatkan ini. Sumbangan asing dari dan untuk LSM atau Gerakan ISLAM LIBERAL/Moderat, juga menjadi pertimbangan. Maka bagi SBY, kaum PURITAN di ISLAM adalah di awang-awang, bukan di INDONESIA...
c. Pengetahuan dan kejujuran SBY bahwa ia memiliki pengetahuan ke-ISLAM-an, yang dalam batasan tertentu lebih cair dibandingkan darahnya... Hal ini membawa konsekuensi ia harus berhati-hati dalam bertindak...dan keputusannya adalah mengambangkan keputusan... SBY melihat, mendengar (seingat saya ia tidak buta dan tuli) serta membaca (ia juga tidak buta huruf) pertentangan mengenai keberadaan Ahmadiyyah dalam Islam di Indonesia...Dan ia, karena seorang Dr...juga harus mengambil kesempatan (baca; keuntungan) bila tidak, ia merugi. ..Bisakah hal ini jadi bumerang? Siapa pun tahu, bumerang bukan senjata orang Indonesia, apalagi orang Jawa, maka bagi SBY, ia tidak akan terkena bumerang. Sikap diam, santun, menjaga tampilan prima ala Jawa adalah senjata-nya.
2. KEKUATAN EKONOMI
Jaringan Ahmadiyyah internasional adalah jaringan yang kaya, atau minimal jauh lebih kaya daripada kekayaan SBY+JK+AB. Nah, faktor ekonomi menyebabkan SBY "maaf" tergagu-gagu dalam memutuskan... Bayangkan pula, apabila ada "investigasi kemudian" ternyata, investasi Inggris di Indonesia, diendorse oleh kalangan Ahmadiyyah, maka ketika SBY mencoba sembuh dari kegaguannya, melalui kuasa pemerintahan Inggris, akan ada semacam penentangan atas ketegasan SBY. Nah bagi SBY, posisi ini tidak menguntungkan...terlebih ia butuh dukungan untuk 2009 (baca; dukungan dana) Maka, membiarkan Ahmadiyyah hidup dan menumpang pada "ISLAM" di Indonesia, dapat mendatangkan keuntungan, minimal sebagai safe deposit box dengan jumlah yang "dapat diminta sesuai dengan kebutuhan"

3 Tabungan Persoalan Politik (sebagai Persoalan Pengalih Perhatian Publik)
SBY mengetahui bahwa posisi pemerintahan yang ia kelola saat ini, secara politis sudah cukup rapuh. Tentu hal ini biasa, sebab 2009 sudah diambang pintu. Pada bagian lain, KPK yang dikomandoi Antasari Azhar; yang pada awalnya ia anggarkan untuk "menyabet" lawan, ternyata malah akan menarik besan...Nah ia butuh pengalih... Terus terang ia sudah melakukan beberapa kegagalan koordinasi "penyelamatan harta pihak ketiga" yaitu melalui kasus Yusril dan Hamid Awwaluddin. Pada Yusril ia berhutang budi, pada Hamid Awwaluddin, ia adalah kesayangan JK...


Maka, pada saat Besan atau ORang Dekat dirinya (contoh Heru Lelono, istrinya Ani Yudhoyono, atau Aulia Pohan disorot) ia dapat mengalihkan perhatian publik dengan kasus Ahmadiyyah. Tentu sederhana, "katakan bahwa Indonesia terbuka untuk siapa pun dan negara melindungi keyakinan individu warga negara (dengan batasan pengertian yang disepakati oleh penguasa)...Jadi, bagi SBY, kasus Ahmadiyyah adalah Intan yang bernilai tinggi. Sejatinya, bagi Muslim yang tidak perlu puritan, apabila Ahmadiyyah mendeklarasikan dirinya sebagai keyakinan independen, di luar Islam, pasti dapat diterima publik
Jadi, jelas, bahwa pilihan mengambangkan masalah atau ketegasan, dalam hal Ahmadiyyah di Indonesia, bagi SBY (dan mungkin pihak think-tank nya) adalah mata air yang tidak akan habis-habisnya....
Sebagai penutup, saya melihat, apabila rekan-rekan Ahmadiyyah, berani mendeklarasikan secara terbuka, bahwa mereka berada pada keyakinan yang baru, bukan Islam, maka saya akan dukung keberadaan mereka, tetapi apabila berusaha tetap berlindung dengan "rumah" Islam, mungkin " secara akademis" saya termasuk orang yang akan menentang, sekalipun dengan keterbatasan ilmu, bukan berada di garis depan...Yang perlu saya ingatkan, janganlah KEYAKINAN REKAN-REKAN TENTANG KEAHMADIYYAHAN YANG PARIPURNA, malah ditunggangi OLEH KEPENTINGAN POLITIK...Ingat, dalam politik (terutama di Indonesia) Agama seringkali jadi ALAT...BUKAN TUNTUNAN

Lalu...apa yang akan kita dapati diakhir...????....menertawakan SBY (O, oo kamu tidak tegas, punya senjata, tak bisa pakai...O...o, kamu ketahuan, kekurangan uang untuk masa depan/2009) ...menertawakan rekan-rekan Ahmadiyyah (secara kecut) karena ternyata mereka dapat ditunggangi kepentingan politisi, atau malah menertawakan diri saya sendiri karena memiliki keimanan dan wawasan keagamaan pas-pasan...jawabannya akan ditentukan oleh waktu..

Wallahu A'lam Bisshowwab

Minggu, 14 September 2008

Tentang Ahmadiyyah...(1)

Awal Ramadhan ini, isu Ahmadiyyah kembali ke permukaan. Hal ini berkaitan dengan diterbitkannya larangan beraktivitas keagamaan bagi pengikut Ahmadiyyah, di Propinsi Sumatera Selatan. SBY, kabarnya juga akan (telah) memanggil Gubernur Sumatera Selatan yang menerbitkan larangan tersebut.
Sesungguhnya, permasalahan Ahmadiyyah akan bermuara pada ketegasan SBY, sebagai Presiden, dan dalam hal ketegasan, kita harus jujur mengakui SBY bukanlah Panglima atau Orang NOMOR SATU...
Sebelum memulai diskusi atau pembicaraan tentang Ahmadiyyah dalam tataran ke-SBY-an, saya ingin menampilkan sebuah HiMBAUAN dari milist tetangga....
Sebuah Himbauan
Kepada Saudaraku Sebangsa dan Se-Tanah Air
Yang Kebetulan Berasal dari Ahmadiyyah



Salam sejahtera,

Pertama, sebagai pribadi, saya mengakui, bahwa adalah hak semua individu untuk memilih ber-Tuhan dan atau tidak ber-Tuhan.

Sebagai kelanjutan hak tersebut, memilih ber-Tuhan dengan nama tertentu adalah hak dari tiap individu…Maka adalah hak dan pilihan individu, baik saya untuk memilih Islam sebagai agama saya, atau seorang Kristiani memilih agama Kristen, dll. Tiap agama pada akhirnya akan memiliki persyaratan tertulis maupun tidak tertulis berkaitan dengan keyakinan yang dianut agama tersebut. Pada tataran Islam, Nabi Muhammad sebagai Rasul dan Nabi terakhir, adalah final sebagaimana terpilihnya Isa sebagai Juru Selamat bagi Kristiani..

Tentu, hal ini amat berkaitan dengan keyakinan, dan ditegaskan bahwa iman kepada nabi dan rasul adalah bagian dari rukun iman di agama Islam. Maka, pada titik ini, apa yang dianut oleh saudara-saudara Ahmadiyyah (meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi), adalah hal yang di luar dari iman Islami.

Kembali, mengingat adalah hak individu untuk memilih agama atau keyakinan masing-masing, maka mohon dihargai juga keyakinan umat Islam (termasuk saya yang muallaf), yang meyakini bahwa Iman kepada Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir adalah hal yang final…

Yakinlah, di Indonesia, siapa pun bebas beragama (bahkan untuk tidak beragama). 

Sebutlah dan tegaskan Tuhan dan Iman berdasarkan ajaran Anda, jangan berlindung atau mencobai daerah abu-abu….Ingatlah, tidak sedikit agama dan ajaran agama di Indonesia yang hidup dan berani berdiri atas kaki mereka sendiri, seperti Konghucu, Taoism, dll.

Mengapa tidak yakin dengan agama dan diri Anda Sendiri…Biarkan Tuhan Anda menilai, kebenaran dan ketidakbenaran Iman yang Anda pilih (sebagaimana kami pun melakukan kepasrahan yang sama), tapi tolong berikan identitas yang jelas, dan jadikan itu pembeda, karena sesungguhnya, tiap-tiap kita dirahmati untuk memiliki keunikan masing-masing… kenapa tidak berterus terang, bahwa keunikkan adalah hal yang memang tidak mungkin untuk dijadikan sama rata (hal ini membuat keunikan menjadi hal yang tidak unik)..


Secara keuangan, golongan Anda telah mandiri, bahkan memiliki jaringan TV satelit sendiri, lalu kenapa masih ragu memproklamasikan diri Anda sendiri, atau Anda telah kehilangan diri Anda…

Sekali lagi saudara-saudara-ku dari Ahmadiyyah, kebetulan kita sebangsa dan se-tanah air, maka kita pun tahu bahwa di antara kita telah ada perbedaan, mengapa tidak cukup persamaan kita adalah sebangsa dan setanah air, serta perbedaan kita di keyakinan. Tunjukkan diri Anda apa adanya karena dengan itu Anda dianggap ada, selagi Anda bersembunyi, saat itu identitas diri Anda hilang, dan Anda hanya terlihat sebagai bagian dari individu yang terombang-ambing, memiliki keyakinan tapi tidak memiliki keberanian untuk mengetengahkan keyakinan sebagai bagian dari diri Anda. Lebih parah lagi, apabila keberadaan atau ketidakberadaan Anda, ditunggangi oleh kepentingan politik, tentu memilukan, tetapi apabila Anda yang menunggangi kepentingan politik di Indonesia, secara pribadi, saya terbuka dan mau belajar banyak dari Anda.



Terima Kasih




William

Bagi rekan-rekan Ahmadiyyah dan atau Non Ahmadiyyah yang berkeberatan dengan tulisan ini, dapat langsung menghubungi saya ke alamat di bawah ini :


Email : 
ahmadiyyahagamabaru.kenapatakut@yahoo.co.uk




Jumat, 12 September 2008

Serupa Tapi Tak Sama...SBY - SUHARTO (1) Tata Niaga

Akhir-akhir kita dibombardir dengan berita mencengangkan...(zaman SBY)

1. Padi Supertoy HL2 atau H2L yang jelas Heru LeLono, lengkap dengan pembakaran padi kopongnya
2. Heboh pembebasan gula rafinasi ke pasar akhir atau konsumen langsung, lengkap dengan pembuangan gula di daerah Jawa Timur (Madiun?)


Pada zaman dahulu kala... (SUHARTO)

1. Gudang cengkeh di beberapa daerah di Indonesia, dibakar oleh para petani cengkeh (seperti di Buleleng, Temanggung;sayangnya saat itu belum ada internet dan media dikontrol pemerintah).. karena kebijakan Tataniaga Cengkeh oleh BPPC (ala Tommy Soeharto), sekitar tahun 90-an awal.
2. Petani jeruk di Pontianak membuang jeruk mereka ke laut karena jeruk tidak dapat dikirim ke Jawa, karena pengiriman semua dikuasai oleh (maaf, lagi-lagi Tommy)...Harga jeruk pontianak jatuh..antara 93-96...



Mari kita telaah dengan sederhana (sekalipun tidak seksama)


Pada tataran SUHARTO, "kelepasan" ditengarai berdasarkan "kasih sayang" yang berlebihan terhadap Hutomo Mandala Putra...yang sebagai anak bungsu, dianggap anak emas...Jadinya, apa yang ia inginkan dikabulkan oleh Suharto, ayahanda biologisnya...

Maka...seandainya ada anak petani dan keturunan petani cengkeh, yang tiba-tiba, tanpa sengaja melampiaskan dendam kepada Tommy Soeharto, saya rasa wajar dan bijaksana untuk kita menerimanya... Bayangkan, dalam hitungan sebagai DOP masih bisa membunuh...gonta-ganti perempuan...keren kan...tapi siapa ya... yang mau jadi martirnya..


Begitu juga pada Mobil Nasional, atau Jeruk Pontianak, semua karena "kasih sayang" maka lihatlah...kasih sayang tidak hanya dapat membesarkan jiwa seseorang...tapi juga "menewaskan atau minimal mencederai" ratusan atau puluhan ribu orang lain...

Itu jaman dahulu.../harto (baca : persetan) dengan itu semua... maka sebaiknya kita ingat, bahwa sejarah akan berulang... Pemilik kekuasaan, dalam konteks indonesia akhir-akhir ini...lebih dekat ke tiran, bukan pengayom..

Mari cermati kiprah SBY

Padi Supertoy, buatan Touyong yang (mungkin) dibiayai atau disponsori oleh Heru Lelono (Komisaris PT SHI), ternyata merugikan para petani...

Bayangkan...para petani dijadikan kelinci percobaan untuk bibit yang sebenarnya biasa-biasa saja... Mereka yang lemah (bahkan kabarnya karena ditekan Bupati Purworejo...ya bisa apa...?), dan cenderung bodoh (maaf) dijadikan kelinci...

Parahnya lagi...ternyata S3 SBY di ekonomi pertanian IPB (?) Ha...ha...ha...Rupanya ia mempelajari pertanian untuk "memanfaatkan (maaf) kebodohan para petani Indonesia....Agar rapi...ya Heru Lelono jadi bumper.... Jelas...kata-kata "I am not scientist, myself = I am (to be honest) a devilish scientist"..hiks


Itu dari Supertoy

Nah Gula Rafinasi (refinery) dari Luar, bisa masuk ke pasar rakyat...entah siapa yang salah (Bu Marie Elka dan Anton Apriantono...ada pendapat?)

Entah siapa yang mendapat keuntungan...di TV, terakhir ada penyegelan gudang berisi puluhan ribu ton gula senilai triliunan...ha...ha...ha...ongkos politik 2009 (baca : tabungan)

Tentu, persamaannya adalah pada kasih sayang... SUHARTO menampilkan kasih sayang kepada anaknya secara berlebihan...dan maaf SBY menampilkan kasih sayang kepada bangsa Indonesia....bahwa program kerjanya belum dapat ia selesaikan semua... butuh satu kali masa lagi...serta ONGKOS POLITIK YANG TRILIUNAN..Boleh dong nabung sedikit demi sedikit (maaf, tertawa tawar, senyum kecut...; o, o, kamu ketahuan.........)


Masalahnya...Kasih Sayang mereka berdua, mencelakakan lebih banyak orang dibandingkan menguntungkan segelintir orang....tapi apa lacur...SAH tho...


Perbedaannya hanya pilihan subyek tindakan, tapi substansinya relatif sama...kekayaan untuk pihak terdekat jauh lebih dibutuhkan dibandingkan mensejahterakan masyarakat...

Jadi kenapa tidak pilih Tommy Soeharto untuk jadi Presiden 2009...Lebih jujur dibandingkan SBY...serigala adalah serigala...dan maaf, bukan serigala berbulu domba....

Bagi keduanya...masyarakat Indonesia hanya-lah obyek...maka perlukah kita pemimpin untuk negeri ini? Masih, percaya sama SBY?...ha...ha...ha...


DISCLAIMER : Semua Nama, Alamat, Tempat, Kejadian, atau Apapun yang tertulis dalam tulisan ini semata-mata hanya untuk tulisan ini. Terjadinya persinggungan nama, alamat, tempat, kejadian atau apapun yang tertulis dalam tulisan ini dengan kejadian di dunia nyata adalah hal yang tidak disengaja. Tulisan ini dibuat semata-mata untuk memberdayakan proses pembelajaran membaca, baik secara bahasa maupun sastra ; aliran bebas tak beraturan. Kritik dan Lelucon yang hadir, semata-mata guna memberdayakan diri kita untuk lebih dapat melihat kenyataan sebagai kenyataan. Amin. Tulisan ini dapat dikutip, oleh siapa pun juga, di mana pun juga, secara bebas, seluas-luasnya, demi kepentingan terselenggaranya proses pembelajaran membaca secara benar di dunia ini, dengan mencantumkan alamat blog ini sebagai bentuk apresiasi alamiah atas ide penulis.
Apresiasi dari pembaca baik berupa kritik, cacian, dorongan, keberatan atau apapun juga dapat dilayangkan ke ganggang.birulaut@gmail.com